Pada saat ini dunia sedang dihadapkan dengan wabah virus Covid – 19 yang melanda seluruh dunia. Virus yang pertama kali ditemukan di Wuhan, China pada akhir tahun 2019 ini menyebar dengan begitu cepat be berbagai penjuru dunia. Berbagai negara terpaksa menerapkan kebijakan yang mengharuskan masyarakatnya untuk berada dirumah, salah satunya Indonesia. Saat wabah ini mulai melanda wilayah Indonesia sehingga pemerintah menerapkan berbagai macam kebijakan guna menekan laju penyebaran virus ini. Sayangnya, berbagai jenis kebijakan tersebut juga memberikan dampak bagi berbagai sektor yang ada di negara ini, salah satunya adalah sektor ekonomi.
Semenjak adanya pandemi ini, stabilitas ekonomi di negara ini mengalami penurunan yang signifikan. Pada awal kemunculanya, Indonesia menerapkan kebijakan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) yang melarang masyarakatnya untuk berpergian. Masyarakat juga dilarang untuk menyelenggarakan segala aktivitas sosial sehingga pilihan yang dimiliki oleh masyarakat hanyalah diam dirumah. Selain itu, banyak perusahaan yang dilarang beroprasi karena kebijakan tersebut. Dengan begitu, banyak karyawan yang terpaksa dirumahkan demi mencegah kerugian yang dialami oleh suatu perusahaan sehingga menyebabkan menurunya daya beli yang dimiliki oleh masyarakat.
Setelah satu tahun diterapkanya kebijakan tersebut, kondisi perekonomian di Indonesia justru semakin merosot. Banyak perusahaan yang terpaksa melakukan PHK massal guna menekan biaya operasional yang dikeluarkan oleh suatu persusahaan sehingga menimbulkan maraknya pengangguran yang ada. Banyak dari mereka mengalami kesulitan dalam menyambung hidup karena minimnya penghasilan yang mereka peroleh. Hal tersebut juga disebabkan oleh rendahnya literasi keuangan yang dimiliki sebelum pandemi ini terjadi. Banyak dari mereka yang hanya mengandalkan penghasilan yang ada saat itu saja tanpa mempertimbangkan konsekuensi yang akan terjadi kedepannya.
Oleh karena itu, diperlukan suatu terbosan dalam menghadapi situasi keuangan yang terjadi saat ini, salah satunya adalah investasi. Investasi merupakan suatu kegiatan yang mengalokasikan sejumlah uang atau sumber daya lainya yang dilakukan saat ini dengan harapan dapat memperoleh manfaat atau keuntungan di kemudian hari. Pada era saat ini, terdapat berbagai jenis instrument investasi yang ada baik yang bersifat jangka menengah hingga jangka panjang. Akan tetapi, saat ini masih banyak masyarakat yang belum melek akan investasi. Banyak dari mereka cenderung berpikir bahwa investasi kegiatan yang menghamburkan uang dan hanya dapat dilakukan oleh orang yang berpenghasilan tinggi. Disamping itu, tak jarang juga masyarakat berpendapat bahwa investasi itu sama halnya dengan praktik judi. Rendahnya animo masyarakat ini disebabkan oleh minimnya pengetahuan masyarakat mengenai investasi. Oleh karena itu, sebagai generasi milenial kita harus bisa merubah stigma negatif yang terdapat di masyarakat tentang investasi yaitu dengan berinvestasi dan membuktikan kepada dunia bahwa investasi bukanlah sebuah praktik judi.
Generasi milenial memiliki berbagai jenis opsi investasi yang dapat dilakukan saat ini, salah satunya adalah investasi di Pasar Modal atau Bursa Efek. Investasi di pasar modal merupakan salah satu alternatif yang mudah diakses oleh masyarakat luas semenjak dibukanya Bursa Efek Indonesia. Dari berbagai jenis intsrumen investasi yang ditawarkan, saham merupakan salah satu instrument yang sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat terutama di kalangan milenial. Saham merupakan bukti suatu kepemilikan atas suatu perusahaan yang diperjualbelikan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Dalam proses jual – beli nya, BEI menggandeng beberapa perusahaan sekuritas yang diawasi langsung oleh OJK sebagai perantara dalam melakukan suatu transakasi. Terdapat berbagai macam perusahaan sekuritas yang ada di Indonesia dan Sebagian besar dari mereka sudah melakukan terobosan dengan menciptakan platform online, sehingga para investor dapat melakukan transaksi dimana saja dan kapan saja. Dari berbagai jenis kemudahan yangada, tentu masih ada beberapa hal yang menghambat milenial dalam melakukan sebuah investasi. Salah satunya adalah kebingungan dalam memilih jenis saham untuk dibeli.
Terdapat berbagai emiten saham yang ada di Bursa Efek Indonesia. Saham – saham tersebut memiliki potensi yang berbeda-beda tergantung dari bagaimana kita menganalisanya serta jangka investasi yang akan kita lakukan. Sebagai salah satu instrumen investasi, tentunya kita mengharapkan sebuah keuntungan dan meminimalisir kerugian. Oleh karena itu, diperlukan suatu ilmu dasar dalam menganalisa sebuah perusahaan supaya investasi yang kita lakukan dapat membuahkan sebuah hasil seperti apa yang kita harapkan. Cara analisa tersebut bisa dimulai dengan melihat kinerjanya, laporan keuangan, serta berita – berita yang beredar di media yang menyangkut tentang perusahaan tersebut.
Dari berbagai emiten yang tedapat di pasar modal, TLKM merupakan salah satu yang menjadi favorit bagi kalangan investor. PT Telkom merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang jasa layanan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dan jaringan telekomunikasi di Indonesia. Perusahaan ini menawarkan berbagai jenis layanan telekomunikasi dasar domestic dan internasional, menggunakan layanan nirkabel, (“CDMA”), dan Global System for Mobile Communication (GSM). Selain bergerak dibidang pelayanan, PT Telkom juga menjalankan bisnis di bidang multimedia seperti konten dan aplikasi serta melengkapi portofolio bisnis yang disebut Telekomunikasi, Informasi, Media, Edutainment, and Services (TIMES). Perusahaan ini merupakan salah satu perusahaan terbesar yang ada di Indonesia dan telah memiliki cabang di berbagai negara. Selain itu, PT Telkom Indonesia juga menjadi pemegang saham mayoritas di 13 anak perusahaan, seperti PT Telekomunikasi Seluler (Telkomsel), PT Telkom Akses, PT Multimedia Nusantara (TelkomMetra), dan PT PINS Indonesia (PINS).
Perusahaan dengan kode TLKM ini mulai melandai di Bursa Efek Indonesia pada tahun 1995. Selain melandai di BEI, TLKM juga melandai di New York Stock Exchange (NYSE). Ini bukanlah suatu hal yang mengejutkan mengingat PT Telkom merupakan suatu perusahaan raksasa dan memiliki laba yang cenderung naik setiap tahunya. Peningkatan laba ini juga dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah di masa pandemi covid – 19 ini yang mana mengharuskan setiap warga untuk melakukan segala jenis kegiatan secara online. Dalam menunjang pelaksanaan kegiatan online tersebut, masyarakat memerlukan berbagai jenis perangkat yang mendukung seperti jaringan internet yang stabil. Hal ini merupakan suatu peluang emas bagi emiten dengan kode TLKM mengingat mereka memiliki berbagai jenis produk pelayanan yang dapat menunjang segala jenis aktivitas yang dilakukan secara online.
Berdasarkan laporan keuangan tahunan TLKM pada tahun 2020, perusahaan ini berhasil meraih pendapatan sebesar 136,46 triliun. Jika dihitung laba bersihnya, perusahaan ini juga bershasil mencatat laba pada tahun 2020 sebesar 20,80 triliun. Jumlah ini meningkat sebesar 14,47 % dibandingkan dengan tahun 2019 yang tercatat sebesar 18,86 triliun. Peningkatan laba ini bukanlah suatu hal yang mengejutkan, mengingat kebutuhan masyarakat akan jaringan internet pada masa pandemic ini sangatlah besar. Selain itu, pamdemi juga telah merubah keutuhan serta gaya hidup masyarakat. Pandemi telah mempercepat tranformasi digital menjadi beberapa tahun lebih cepat dan ini menjadi ruang akselerasi bagi Telkom (Direktur Utama Telkom, Ririek Adriansyah, 2020)
Saat ini, sektor teknologi memang sedang menjadi perbincangan yang hangat mengingat sektor ini memegang peranan penting dalam transformasi menuju era society 5.0 yang mana merupakan era dimana terjadi sebuah kolaborasi antara manusia dengan tekonologi guna menyelesaikan suatu permasalahan sosial. Dengan terjadinya sebuah kolaborasi ini, manusia akan hidup berdampingan dengan teknologi dan memerlukanya sebagai salah satu kebutuhan sehari – hari. Sebagai perusahaan yang bergerak di sektor teknologi dan informasi, PT Telkom terbilang memiliki prospek yang cukup cerah terutama dalam menghadapi era transformasi digital tersebut.
Jika melihat situasi di pasar modal, emiten ini memiliki harga saham per lembarnya yang mencapai Rp. 3.340,00 pada tanggal 1 September 2021 dengan jumlah saham yang beredar yaitu 99.062.216.600. Jika menghitung menggunakan analisa fundamental, TLKM mendapatkan nilai sebesar 3,36 untuk PBV (Price to Book Value) serta 13,29 untuk Price to Eraning (P/E). Selain itu, Return on Assets yang dimilikinya mencapai 9,43 % dengan Return on Equity yang mencapai 25,3%. Saham ini juga memiliki pendapatan yang cukup stabil serta liabilitas yang tidak cukup banyak sehingga dapat digolongkan sebagai saham bluechip. Selain itu, grafik dari emiten ini menunjukan kondisi uptrend yang mengindikasikan bahwa kinerja perusahaan meningkat setiap tahunya.
Dari berbagai pemaparan serta pertimbangan tersebut, emiten dengan kode TLKM dapat menjadi salah satu pilihan dalam melakukan investasi di pasar modal khususnya di saham mengingat bahwa sektor teknologi informasi dan komunikasi sedang mendominasi kehidupan di masyarakat terutama di masa pandemi saat ini. Dengan harga saham per lembar pada tanggal 1 September 2021 yang berkisar di angka Rp. 3.340,00, saham ini masih terbilang murah mengingat prospek yang dimiliki oleh emiten ini sangatlah cerah terutama bagi para investor jangka panjang mengingat adanya tranformasi menuju era society 5.0 yang akan didominasi oleh sektor TIK. Selain itu, PT Telkom Indonesia juga memiliki cabang yang tersebar di berbagai negara. Hal ini menunjukan bahwa perusahaan ini sedang gencar melakukan ekspansi ke berbagai negara untuk memperluas cakupan bisnis mereka sehingga perusahaan mereka dapat berkembang dengan pesat.
Referensi Penulisan:
- Hadiwardoyo, W. (2020). Kerugian Ekonomi Nasional Akibat Pandemi Covid-19.
- Merawati, L. K. (2015). Kemampuan Pelatihan Pasar Modal Memoderasi.
- Nasution, D. A. (2020). Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Perekonomian.
- Tambunan, D. (2020). Investasi Saham Di Masa Pandemi Covid-19.
- Yamali, F. R. (2020). Dampak Covid-19 Terhadap Ekonomi Indonesia .
Author: I Made Winata Krisna, Universitas Udayana