Pasar modal memberikan peluang untuk mengembangkan uang bagi semua kalangan. Mulai dari anak muda hingga orang tua mempunyai kesempatan untuk tak hanya sekedar menabung atau menyimpan dana yang dimiliki, tetapi juga meningkatkannya. Dengan situasi saat ini, pandemi COVID-19, yang tidak begitu menguntungkan bagi sebagian orang. Tentunya, hal ini secara tidak langsung memaksa manusia untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang ada. Sehingga, dengan hadirnya keadaan baru. Maka, perlu diimbangi juga dengan kebiasaan baru yang bermanfaaat bukan hanya untuk saat ini, tetapi juga untuk masa yang akan datang. Salah satu yang dapat dilakukan adalah menabung saham di Pasar Modal, yaitu aktivitas menyisihkan sebagian uang yang dimiliki secara berkala untuk membeli kepemilikan dari suatu perusahaan dengan tujuan untuk mendapat keuntungan di masa yang akan datang.
Pasar modal merupakan sarana bertemunya perusahaan dan institusi lain yang membutuhkan dana dengan masyarakat sebagai investor yang hendak menanamkan dana mereka. Dari pengertian tersebut, dapat dipahami bersama bahwa pasar modal mempertemukan dua pihak yang memiliki kepentingan serta motivasi yang berbeda. Pihak perusahaan membutuhkan peningkatan dana untuk menambahkan modal, mengembangkan usaha, dan melakukan ekspansi. Sedangkan, pihak masyarakat yang menanamkan modal kepada perusahaan pilihannya memiliki tujuan untuk mendapatkan peningkatan dana tabungan dalam jangka waktu tertentu.
Memang, terdapat berbagai produk investasi yang dapat dipilih oleh masyarakat, seperti emas, obligasi, reksadana, dan saham. Namun demikian, dalam periode 2013-2018, saham merupakan produk investasi yang mencatat keuntungan paling tinggi dengan return 47.23%. Dibandingkan dengan emas yang bahkan megalami penurunan sebesar 22.22%. Sedangkan untuk obligasi, khususnya ORI 14 hanya memberikan return kupon 5.65% selama 3 tahun dan reksadana pasar uang juga hanya memberikan return sekitar 36%. Maka dari itu, dengan rerata inflasi yang tiap tahunnya mencapai 5.42%, jelas bahwa saham merupakan produk investasi yang memberikan keuntungan tertinggi. Meskipun saham merupakan produk investasi yang memiliki kenaikan tertinggi. Hal ini ternyata tidak serta merta meningkatkan antusiasme masyarakat luas untuk segera mempertimbangkan dan ikut serta menabung dalam produk investasi berupa saham. Faktanya, per April 2021, jumlah investor pasar modal hanya berkisar pada angka 5.088.093 dari total 270 juta penduduk Indonesia. Jumlah ini pun baru mengalami peningkatan pesat selama satu tahun terakhir.
Peningkatan jumlah investor yang terjadi selama pandemi menunjukkan bahwa masyarakat mencari cara dan alternatif lain untuk menyimpan dan mengembangkan uang mereka. Dapat disadari bahwa untuk mempelajari nabung saham di pasar modal bukanlah suatu hal yang sulit, mahal, dan terbatas pada kalangan tertentu saja. Ditambah lagi, sudah terdapat Sekolah Pasar Modal (“SPM”) yang disediakan oleh Bursa Efek Idonesia sebagai pengantar bagi mereka yang ingin mulai menabung saham. Selain itu, peningkatan ini juga didukung dengan harga-harga saham di Indonesia yang terbilang murah, tapi tidak murahan. Faktanya, masyarakat dapat membeli saham dengan jumlah minimal 1 lot atau 100 lembar dengan uang tidak lebih dari Rp100.000,00 pada beberapa perusahaan. Tambah lagi, seperti yang telah disebutkan di atas bahwa saham merupakan produk investasi yang mencatat keuntungan paling tinggi yang mana dalam kurun waktu 5 tahun, periode 2013-2018, kenaikannya mencapai 47.23%.5 Cukuplah sekiranya pemaparan di atas menjadi alasan yang kuat bahwa orang dengan kelahiran pada tahun 1997-2012 atau yang dikenal dengan Generasi Z yang baru bekerja atau bahkan belum memiliki penghasilan secara mandiri pun dapat menyisihkan uang sakunya untuk menabung saham.
Menabung saham sebagai kebiasaan baru menjadi penting bagi semua kalangan, terlebih bagi Generasi Z yang ingin mencapai kebebasan finansialnya dimasa yang akan datang. Sebab dengan menabung saham, generasi Z sebagai investor atau orang yang melakukan nabung saham bisa mendapat berbagai keuntungan. Diantaranya adalah dividen dan capital gain. Dividen adalah pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan kepada para pemegang saham yang berasal dari keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Sedangkan capital gain adalah selisih antara harga jual dan harga beli. Contohnya, seorang investor membeli saham XYZ seharga Rp500 per lembarnya dan satu tahun kemudian investor tersebut menjual saham XYZ dengan harga Rp750. Dengan demikian, investor tersebut mendapat capital gain sebesar Rp250 per lembarnya. Dengan tingginya peningkatan dan berbagai keuntungan yang didapatkan, diharapkan Generasi Z dapat mempersiapkan masa depannya sedari dini dengan menabung saham.
Salah satu kebebasan finansial yang penting untuk diperhatikan adalah pembelian hunian. Sebab, sudah menjadi rahasia umum bahwa harga tanah dan hunian selalu naik dari tahun ke tahun. Akibatnya, bila dilihat kondisi saat ini, tidak sedikit dari Generasi Milenial, orang yang lahir pada tahun 1981-1996, kesulitan untuk membeli hunian. Sebagaimana yang dilansir oleh Tirto, bahwa alasan Generasi Milenial sulit untuk membeli hunian adalah tingginya suku bunga Kredit Kepemilikan Rumah dan harga tanah yang terus naik. Mungkin saja hari ini seseorang dapat membeli sebuah rumah dengan uang 1 Milliar Rupiah, tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa dalam 10 tahun ke depan, harga rumah yang sama tersebut mengalami kenaikan yang berlipat ganda.
Hal ini kemudian diperkuat dengan hasil wawancara yang dilakukan oleh Jakarta Post kepada beberapa Generasi Milenial. Salah satunya adalah Bunga Pertiwi Adek Puteri yang mangatakan bahwa dia sudah bekerja selama 16 tahun, tetapi masih sulit untuk membeli hunian. Alasannya adalah harga tanah yang tiap tahun terus naik. 10 Mari bersama dibayangkan bila Bunga sudah menabung saham selama 16 tahun terakhir dengan kenaikan rerata saham yang bahkan dalam periode 2013- 2018 sudah mencapai sekitar 47.23%.11 Dapat dikatakan setidaknya tabungan Bunga berkembang dan berusaha mengikuti peningkatan inflasi dan harga tanah tiap tahunnya. Dengan demikian, berkaca pada kenyataan yang terjadi saat ini, penting bagi Generasi Z untuk memiliki kebiasaan menabung saham sejak dini sebagai usaha untuk mencapai kebebasan finansial di masa depan yang salah satunya adalah kepemilikan hunian.
Berangkat dari keresahan tersebut. Penulis merancang formulasi strategi dalam memilih saham bagi para calon investor atau investor yang baru memasuki pasar modal agar tepat dalam memilih perusahaan yang baik sebagai simpanan masa depan, yaitu menggunakan metode KCB3i atau Kenali, Cermati, dan Beranikan Diri.
Kata yang pertama muncul adalah “kenali” yang maksudnya adalah kegiatan untuk mengenali barang-barang yang sering dijumpai atau digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Tentunya jika produk atau barang tersebut sudah sering digunakan oleh masyarakat luas. Maka, masyarakat telah mengenal bahwa produk tersebut baik untuk digunakan sehari-hari atau bahkan hingga terus nanti. Tentunya menjadi sejalan dengan tujuan investor untuk mendapatkan keuntungan di kemudian hari. Pasalnya, hal ini tentu sudah menjadi logika dasar dalam berbisnis, bahwa untuk mendapatkan keuntung konsisten di kemudian hari, maka produknya harus terus dikenal dan dibeli oleh masyarakat secara konsisten.
Jika sudah menemukan produk-produk dari berbagai kebutuhan yang memang sering digunakan atau bahkan orang lain gunakan. Selanjutnya, dapat memasuki tahap kedua, yaitu “cermati”. Tahap ini merupakan tahap yang sangat penting untuk dapat menentukan perusahaan yang tepat dalam menanam dan mengembangkan dana tabungan yang dimiliki. Sehingga penulis memberikan beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu sektor perusahaan dan kesehatan perusahaan. Tentunya, sudah tidak asing dengan pribahasa yang terkenal, yaitu “Don’t put all your eggs in one basket”. Dapat diartikan secara bebas bahwa maksud dari pribahasa ini adalah sebaiknya para investor menghindari perilaku menaruh seluruh modal menabung saham pada satu sektor industri atau bahkan satu perusahaan tertentu guna menghindari kemungkinan resiko besar jika terjadi sesuai hal yang tidak sesuai dengan apa yang direncanakan. Maka dari itu, para calon investor perlu mencari tahu asal perusahaan dari produk-produk yang telah ditemukan dan kemudian mengklasifikasikan perusahaannya berdasarkan sektor industri yang ada.
Terdapat 12 sektor industri yang ada di Bursa Efek Indonesia, yaitu sektor energi, sektor barang baku, sektor perindustrian, sektor konsumen primer, sektor konsumen non-primer, sektor kesehatan, sektor keuangan, sektor properti dan real estate, sektor teknologi, sektor infrastruktur, sektor transportasi dan logistik, dan sektor investasi tercatat. Setelah mengetahui pengelompokan sektor industri yang ada, para calon investor dapat mengelompokkan perusahaan-perusahaan dari produk- produk yang ditemukan berdasarkan sektor-sektor yang telah disebutkan. Selain untuk menghindari kemungkinan buruk yang terjadi dalam satu perusahaan atau bahkan satu sektor industri. Dengan pengelompokkan ini, para calon investor juga dapat lebih mudah untuk mengetahui perusahaan-perusahaan lain apa saja yang ada dan bersaing dalam sektor tersebut. Hal ini tentunya kelak dapat memudahkan para calon investor untuk membuat perbandingan dan menemukan perusahaan yang paling tepat, murah dan sehat.
Sudah menjadi barang tentu bahwa agar kelak dikemudian hari dapat menerima perkembangan tabungan secara maksimal, para calon investor harus memilih perusahaan yang harganya murah dan kinerjanya baik. Dengan demikian, penulis menerapkan analisis fundamental untuk mengenali dan menemukan perusahaan yang memiliki kesehatan yang baik. Sejalan dengan kegunaan analisis fundamental, yaitu menentukan perusahaan yang paling tepat untuk dipilih. Sebelum itu, para calon investor perlu membuat daftar perbandingan perusahaan- perusahaan dalam sektor yang diminati. Jika sudah, dapat dilanjutkan dengan melakukan perbandingan antara perusahaan-perusahaan tersebut berdasarkan hal- hal yang akan dijelaskan selanjutnya. Perbandingan ini menggunakan laporan keuangan perusahaan yang dirilis dalam laman www.idx.co.id. Selain itu, para calon investor juga dapat menggunakan data fundamental yang telah dihimpun dan diolah oleh perusahaan sekuritas guna memudahkan para calon investor untuk melakukan perbandingannya. Perlu diketahui, perusahaan sekuritas adalah perusahaan yang sudah mendapat izin usaha dari Otoritas Jasa Keuangan (“OJK”) untuk melakukan kegiatan usaha sebagai pihak perantara perdagangan efek, pihak penjamin emisi efek, atau kegiatan lain yang sesuai dengan ketentuan dan peraturan pengawas pasar modal. Penting untuk diingat bahwa pada tahap ini, para calon investor mencoba untuk mencari perusahaan yang harga sahamnya murah dengan kinerja atau kesehatan perusahaannya baik karena berhubungan dengan prospek ketahanan perusahaan di masa depan.
Untuk menentukan kesehatan perusahaan, para calon investor atau bahkan investor dapat menggunakan rasio profitabilitas dan rasio utang. Rasio profitabilitas terdiri dari profit margin, return on equity, return on assets. Sedangkan rasio utang terdiri dari Debt to Equity Ratio. Agar dapat dipahami mendalam, sekiranya perlu dibahas satu persatu. Profit Margin adalah indikator yang mengukur laba yang dihasilkan perusahaan dibandingkan penjualan (tinggi). ROE atau Return on Equity adalah indikator yang berguna untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari modal atau ekuitas yang dimiliki. Dengan demikian, semakin tinggi angka ROE suatu perusahaan, maka semakin tinggi pula kemampuan perusahaan tersebut untuk menghasilkan laba dari modal yang dimiliki. Pada umumnya, perusahaan dengan ROE lebih dari 20% merupakan peruasahaan yang memiliki ROE yang tinggi. Akan tetapi, perlu diperhatikan untuk tidak serta merta menggunakan angka 20% sebagai patokan, bandingkanlah terlebih dahulu angka ROE dengan perusahaan lain dalam sektor yang sama. Mendahulukan dalam melakukan perbandingan ini tidak hanya untuk indikator ROE, tetapi juga berlaku untuk seluruh indikator. Namun, kika memang tidak ada perusahaan pembanding, barulah dianjurkan untuk menggunakan angka umum yang akan disebutkan per indikator.
Masih dalam rasio profitabilitas, yaitu ROA atau Return on Assets. ROA adalah indikator yang berguna untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aset yang dimiliki. Semakin tinggi angka ROA maka semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Berbeda dengan rasio profitabilitas, rasio utang yang indikatornya adalah DER atau Debt to Equity Ratio, merupakan indikator yang mengukur tingkat utang perusahaan dibandingkan dengan modal yang dimiliki. Pada umumnya, perusahaan dengan DER lebih dari 2 memiliki rasio utang yang tinggi. Maka dari itu, perlu untuk membandingkannya dengan perushaan lain yang masih dalam satu sektor. Alasan pemilihan perusahaan dengan DER yang rendah adalah guna merendahkan resiko kebankrutan suatu perusahaan. Sebab, semakin tinggi utang perusahaan, maka semakin tinggi pula kewajibanp erusahaan tersebut untuk membayar bunga. Akhibatnya, bunga dapat menggerus laba bersih hingga dividen.
Jika sudah mengetahui kondisi fundamental suatu perusahaan dengan rasio profitabilitas dan rasio utang. Selanjutnya adalah menemukan harga saham perusahaan yang murah dari sektor yang telah ditentukan. Untuk mengetahuinya, para calon investor dan investor dapat menggunakan rasio pasar yang terdiri dari Price to Earnings Ratio dan Price to Book Value. Price to Earnings Ratio atau PER adalah indikator yang membandingkan harga pasar dengan laba per saham. Semakin rendah angka PER maka semakin murah harga saham perusahaan tersebut. Umumnya, perusahaan dikatakan mahal jika angka PER lebih dari 15 kali. Akan tetapi perlu diingat kembali bahwa dahulukan untuk membandingkan dengan perusahaan lain dalam sektor yang sama karena angka PER tergantung industri dimana perusahaan tersebut berada.
Selain PER, terdapat pula PBV atau Price to Book Value. PBV, yaitu angka dari hasil perbandingan harga dengan nilai buku per saham. Sejalan dengan PER, semakin rendah PBV, maka harga saham perusahaan tersebut semakin murah. Jika tidak ada pembanding, kita dapat menggunakan angka umum, yaitu perusahaan dapat disebut mahal jika angka PBV lebih dari 2 kali. Bila semua indikator telah diperhatikan dan dibandingkan tetapi tidak menemukan suatu perusahaan yang mutlak memiliki harga rendah dan kesehatan perusahaan yang baik. Sebagai gambarannya, perusahaan A lebih murah dibanding perusahaan B, tapi fundamental atau kesehatan perusahaan B lebih baik dibanding perusahaan A. Maka, para calon investor dan investor harus mengembalikan pada tujuan nabung saham, yaitu keuntungan dalam jangka waktu panjang. Dengan demikian, sebaiknya para calon investor dan invesotr mendahulukan perusahaan yang fundamentalnya baik. Sebab menyangkut ketahanan dan konsistensi perusahaan di masa yang akan datang. Kemudian, untuk harga pembeliannya dapat ditunggu pada saat harganya turun, sesuai dengan penjelasan mengenai PBV pada tulisan ini.
Langkah terakhir dari metode KCB3i adalah “beranikan diri” yang dimulai dari membuka Rekening Dana Nasabah pada perusahaan sekuritas yang ada untuk melakukan nabung saham. Perlu diingat bahwa meskipun sudah yakin dengan analisis yang telah dilakukan, tetapi tidak pernah mencoba untuk menjalankannya. Tentunya analisis yang telah dilakukan akan menjadi sia-sia dan tidak akan mendatangkan keuntungan. Sehingga, agar keuntungan dapat menjadi kenyataan, hanya satu jalannya, yaitu beranikan diri untuk masuk dan melakukan nabung saham.
Dengan demikian, jelas bahwa menabung saham dapat menjadi kebiasaan baru yang dapat dilakukan untuk menghadapi keadaan baru bagi semua kalangan, terutama generasi milenial yang berusaha untuk mencapai kebebasan finansial. Tentunya, menabung saham juga memerlukan suatu formulai strategi yang tepat, salah satunya adalah metode KCB3i, yaitu Kenali, Cermati, dan Beranikan Diri. Diharapkan, dengan adanya metode KCB3i dapat memudahkan para calon investor dan investor yang baru memasuki dunia pasar modal untuk menentukan perusahaan yang tepat dalam menanamkan dananya sebagai simpanan untuk masa yang akan datang.
Referensi Penulisan
- Azwar, Amahl S., “Indonesian millennials put homeownership last on busket list” https://www.thejakartapost.com/life/2021/07/08/indonesian-millennials- put-homeownership-last-on-bucket-list.html. Diakses 29 Agustus 2021.
- Hartono. “Perbandingan Hasil Return Investasi Emas, Deposito, Reksadana, Obligasi dan Saham Sektor Perbankan Periode 2013-2018,” Jurnal Ekonomi (Juni 2018). Hlm. 192-196.
- IDX. “Belajar Pasar Modal” https://www.idx.co.id/investor/belajar-pasar- modal/#welcome. Diakses 29 Agustus 2021.
- IDX. “Saham” https://www.idx.co.id/produk/saham/. Diakses 29 Agustus 2021.
- IDX. “Yuk Nabung Saham” https://yuknabungsaham.idx.co.id/about-yns. Diakses 29 Agustus 2021.
- Nurhaliza, Shifa. “Sudah Tau Apa itu Perusahaan Sekuritas? Yuk Simak Penjelasannya” https://www.idxchannel.com/market-news/sudah-tahu- apa-itu-perusahaan-sekuritas-yuk-simak-penjelasannya. Diakses 30 Agustus 2021.
- Phillip Sekuritas Indonesia. 2019, 6 Februari. Phillip Education Online Class – Belajar Analisa Fundamental Untuk Pemula [Video]. YouTube. https://www.youtube.com/watch?v=imxUcLhXeZI
- Septiawan, Muhamad Arfan. “Milenial Memang Sulit Beli Rumah, Apalagi Pada Masa Pandemi” https://tirto.id/milenial-memang-sulit-beli-rumah-apalagi- pada-masa-pandemi-f796. Diakses 29 Agustus 2021.Sidik, Syahrizal. “Naik 56%, Jumlah Investor Pasar Modal RI Mencapai 3,88 Juta” https://www.cnbcindonesia.com/market/20210629153854-17- 256818/naik-56-jumlah-investor-pasar-modal-ri-mencapai-388-juta. Diakses 29 Agustus 2021.
- Tim Redaksi. “GeN-Z, Pendidikan Harus Bertransformasi” https://lpmpjatim.kemdikbud.go.id/site/detailpost/gen-z-pendidikan-harus- bertransformasi. Diakses 4 September 2021.
Author: Muhammad Faqih (Universitas Indonesia)