Sumber: Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesi
Pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara kini berada di pusat perhatian sebagai pendorong utama perubahan ekonomi Indonesia, menarik minat besar dengan total investasi mencapai triliunan rupiah. Proyek monumental ini tidak hanya mencerminkan transformasi ekonomi tetapi juga menempatkan peran emiten saham sebagai elemen strategis yang tak terpisahkan dalam mendukung keberhasilan IKN. Pemindahan Ibu kota dari Jakarta ke IKN Nusantara didasari atas fakta antara lain bahwa beban Jakarta dan Jawa sudah terlalu berat. Dari data penduduk yang dimiliki Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) sebagai sinkronisasi dari hasil Sensus Penduduk 2020 dengan data administrasi kependudukan (Adminduk) menunjukkan jumlah penduduk Indonesia mencapai 271,35 juta jiwa hingga Desember 2020. Dari jumlah tersebut, sebanyak 131,79 juta jiwa atau 55,94% penduduk Indonesia berada di Jawa dan penduduk Indonesia berada di Kalimantan hanya mencapai 6,13%. IKN Nusantara sejak awal dirancang sebagai katalis untuk membuka potensi ekonomi Indonesia secara keseluruhan, mendorong pertumbuhan, menciptakan lapangan kerja, dan mengurangi kemiskinan, dengan menjadikan IKN Nusantara sebagai simbol identitas bangsa serta pusat gravitasi ekonomi baru yang diharapkan dapat membawa multiflier effect dengan menjadikan episentrum pertumbuhan yang akan semakin merata ke wilayah luar Jawa guna mendukung pembangunan Indonesia Sentris menuju Indonesia Maju 2045.[1] IKN Nusantara diharapkan akan mampu menyebarluaskan manfaat pembangunan ekonomi. Jika IKN dipindah ke Provinsi yang memiliki konektivitas dengan provinsi lain yang baik, peningkatan arus perdagangan lebih dari 50% wilayah Indonesia dapat terjadi. Di samping itu juga akan menurunkan kesenjangan antar wilayah karena pemindahan ibu kota ke luar Pulau Jawa mendorong perdagangan antar wilayah, mendorong investasi di provinsi ibu kota negara baru dan provinsi sekitarnya serta mendorong diversifikasi ekonomi, sehingga tercipta dorongan nilai tambah ekonomi pada sektor non-tradisional pada berbagai wilayah non Jawa.
Pasar modal memiliki potensi besar dalam mendanai dan menarik investasi untuk pembangunan Ibu Kota Negara (IKN). Pemerintah Indonesia menargetkan total investasi sebesar Rp2,77 kuadriliun untuk pembangunan IKN. Hingga tahun 2024, realisasi investasi mencapai Rp56,2 triliun dari 55 proyek yang telah dimulai.[2] Hal Ini menunjukkan minat yang kuat dari investor domestik dan asing. Terdapat berbagai skema investasi yang ditawarkan pemerintah untuk menarik dana dari sektor swasta dan publik, yaitu Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU), Penanaman Modal Asing (PMA), Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), serta insentif pajak dan regulasi. KPBU adalah bentuk kerja sama antara pemerintah dan badan usaha dalam penyediaan infrastruktur dan layanan publik. Dalam skema ini, pemerintah menetapkan spesifikasi proyek, sementara badan usaha menyediakan sumber daya dan melakukan pembangunan. PMA merujuk pada investasi yang dilakukan oleh investor asing di Indonesia. Ini mencakup berbagai sektor yang diizinkan oleh pemerintah untuk menarik investasi luar negeri. PMA dapat membawa teknologi baru, keahlian manajerial, serta akses ke pasar global. Ini sangat penting untuk pengembangan sektor-sektor strategis di IKN seperti energi terbarukan dan teknologi informasi. PMDN adalah investasi yang dilakukan oleh investor domestik. Ini mencakup semua jenis investasi dari perusahaan lokal yang ingin berpartisipasi dalam pembangunan IKN. Banyak perusahaan konstruksi lokal yang terlibat dalam proyek IKN melalui PMDN, memberikan kontribusi signifikan terhadap nilai investasi keseluruhan. Pemerintah menawarkan insentif pajak yang menarik bagi investor, seperti penghapusan pajak penghasilan badan selama 10 tahun, serta pengurangan pajak pertambahan nilai (PPN) dan bea masuk. Skema investasi memainkan peranan penting dalam mendanai pembangunan IKN dan proyek-proyek lainnya. Dengan mendukung pembangunan infrastruktur, menarik modal, meminimalkan risiko, dan mendorong pertumbuhan ekonomi, skema ini menciptakan lingkungan yang kondusif bagi investasi baik dari lokal maupun asing.
Sumber: Media BUMN
Pernyataan dari Presiden Joko Widodo dan Presiden Terpilih Prabowo Subianto mengenai keberlanjutan proyek IKN telah meningkatkan kepercayaan investor. Pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara telah memberikan dampak positif yang signifikan terhadap nilai saham di sektor konstruksi dan properti. Hal ini mendorong penguatan harga saham emiten BUMN di sektor konstruksi, termasuk WIKA dan PTPP, yang terlibat langsung dalam proyek tersebut. Berdasarkan data RTI Business, PT Wijaya Karya (WIKA) mencatatkan lonjakan harga saham hingga 59,43% dalam sepekan perdagangan pada Agustus 2024, berkat komitmen pemerintah untuk melanjutkan proyek IKN dan masuknya WIKA ke dalam Morgan Stanley Capital International (MSCI) Small Cap Index. Masuknya WIKA ke dalam MSCI Small Cap Index memberikan sentimen positif yang lebih luas bagi saham-saham konstruksi. Masuknya WIKA ke dalam MSCI Small Cap Index memberikan sentimen positif yang lebih luas bagi saham-saham konstruksi. Para analis di Mirae Asset Sekuritas menilai bahwa katalis jangka panjang ini akan semakin menguat jika proyek IKN dapat berjalan sesuai jadwal, menciptakan peluang investasi jangka panjang yang solid. Dengan komitmen pemerintah yang kuat, sentimen positif ini berpotensi menarik aliran modal baru dari investor institusi, meningkatkan likuiditas dan harga saham. PT PP (PTPP) juga mengalami kenaikan harga saham sebesar 15,43% dalam periode yang sama, menunjukkan respons positif pasar terhadap pengumuman kelanjutan proyek IKN. Perusahaan seperti PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) dan PT Ciputra Development Tbk (CTRA) juga diuntungkan dari proyek IKN, karena rencana pengembangan kawasan perumahan dan komersial di IKN. Kenaikan harga saham mereka mencerminkan optimisme pasar terhadap potensi pendapatan berulang dari properti yang akan dibangun di IKN. Namun, ketergantungan besar pada proyek IKN ini bisa menimbulkan risiko volatilitas harga saham, terutama jika proyek menghadapi tantangan teknis atau pembengkakan biaya. Ketidakpastian global juga dapat memengaruhi kemampuan pendanaan emiten terkait, yang pada akhirnya berimbas pada kepercayaan investor terhadap saham-saham konstruksi dan properti.
Volatilitas saham dan risiko investasi memiliki dampak signifikan terhadap pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara. Volatilitas yang tinggi di pasar saham dapat mengganggu pendanaan proyek IKN. Ketika pasar mengalami penurunan, investor cenderung menarik kembali investasi mereka atau menunda alokasi dana untuk proyek baru, termasuk proyek infrastruktur besar seperti IKN. Hal ini berpotensi menghambat arus modal, sehingga menyebabkan keterlambatan dalam pelaksanaan proyek IKN dan meningkatkan biaya keseluruhan. Proyek besar seperti ini memerlukan alokasi dana yang stabil dan konsisten untuk memastikan penyelesaian tepat waktu. Emiten konstruksi dan pemerintah perlu mengembangkan strategi mitigasi risiko yang efektif, seperti diversifikasi sumber pendanaan, penggunaan instrumen keuangan yang lebih stabil, dan peningkatan transparansi informasi kepada investor untuk membangun kepercayaan.
Pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara telah menjadi pusat perhatian dan katalis penting bagi transformasi ekonomi Indonesia. Pasar saham berperan signifikan dalam mendukung proyek ini, terbukti dari lonjakan harga saham emiten di sektor konstruksi dan properti, seperti WIKA dan PTPP, yang terlibat langsung dalam pembangunan IKN. Sentimen positif dari komitmen pemerintah terhadap keberlanjutan proyek ini berhasil menarik minat investasi institusi dan meningkatkan likuiditas pasar. Namun, proyek ini juga membawa risiko volatilitas harga saham yang harus diantisipasi melalui strategi mitigasi yang kuat. Secara keseluruhan, IKN menawarkan peluang besar bagi investor dan emiten di pasar modal, meskipun masih ada tantangan yang memerlukan perhatian serius untuk memastikan stabilitas dan keberlanjutan pembangunan.
Referensi
Burhan, F. A. (2024). Pembangunan IKN Berlanjut, Saham BUMN Karya WIKA, PTPP, dan ADHI Kompak Hijau.Bisnis.com.
Maskur, A. (2009). VOLATILITAS HARGA SAHAM ANTARA SAHAM KONVENSIONAL DAN SYARIAH. Dinamika Keuangan dan Perbankan, 82-94.
Sugiarto, E. C. (2022). IKN Nusantara Magnet Pertumbuhan Ekonomi Baru dan Smart City. Jakarta: Kementrian Sekretariat Negara Republik Indonesia.
Sofia, H. (2024). Investasi di IKN, Peluang dan Tantangan di Era Baru. URL: https://www.antaranews.com/investasi-di-ikn-peluang-dan-tantangan-di-era-baru (diakses pada 25 Oktober 2024, pukul 22.50 WITA)